Selasa, 01 Maret 2011

Viva la Anarchy (tentang anakisme)

Disebutkan dalam wikipedia: "Anarchism is a political philosophy which considers the state undesirable, unnecessary, and harmful, and instead promotes a stateless society, or anarchy.It seeks to diminish or even abolish authority in the conduct of human relations. Anarchists widely disagree on what additional criteria are required in anarchism. The Oxford Companion to Philosophy says, "there is no single defining position that all anarchists hold, and those considered anarchists at best share a certain family resemblance."

Konsep anarki sesungguhnya (menurut saya) memiliki beberapa kesamaan dengan bagaimana berpolitik dalam Islam. Dalam Anarkisme, sebuah negara tidaklah mutlak keberadaannya. keberadaannya tidak begitu penting. "Patriotisme adalah pembodohan" adalah salah satu slogan yang kerap dikumandangkan dalam pandangan politik anarchy. Dan sebagaimana dalam Islam, sebuah Daulah Islamiyah atau sistim pemerintahan Khilafiyah tidak mengenal adanya batas negara. Sehingga tidak pula dikenal adanya patriotisme. Satu-satunya bentuk fanatisme adalah hanya kepada Allah dan Rasulnya. Islam juga memandang Patriotisme atau Nasionalisme adalah sebuah bentuk pembodohan. Lebih lanjut lagi, Islam melihat dua hal itu sebagai bentuk penghambaan kepada sesuatu selain Tuhan (yang dalam istilah kerennya disebut syirik) dan seperti dalam Islam, pada Anarkisme setiap insan bertanggung jawab atas keberadaan dirinya sendiri, setiap orang adalah jiwa yang merdeka, namun tetap bertanggung jawab penuh atas segala yang dilakukannya. tidak ada jaminan seseorang pasti masuk surga, ataupun sebaliknya. semua kembali lagi kepada masing-masing orangnya. tidak seperti dogma agama Kristen yang menyatakan bahwa setiap orang kristen pasti masuk surga karena semua dosa umat manusia sudah ditebus oleh yesus.

“Anarki” adalah satu kata yang sekarang sudah menjadi sebuah kata negatif setelah puluhan tahun dicitrakan media barat sebagai afiliasi dari kekacauan dan kekerasan. “anarkis” adalah stempel bagi siapa saja yg melakukan tindak kekerasan, membuat kekacauan secara bersama-sama. Cap negatif dari media diperparah lagi dengan keberadaan “boroké Punk” yang hanya mengadopsi gaya berpakaian, tanpa mengadopsi, menerapkan, atau mengkampanyekan idealismee Punk yang sesungguhnya, dan seringkali justru menggelandang melakukan tindak kriminal. Hanya meniru apa yang dicitrakan media, dan menerapkannya dalam keseharian.

Anarkisme itu sendiri sesungguhnya merupakan sebuah alternatif yang ditawarkan oleh idealismee Punk, yang timbul dari ketidakpercayaan terhadap sitem yang ada, dimana sistem yang ada telah terbukti selalu menimbulkan kesenjangan, ketidakadilan, serta kekayaan yang tidak merata (yang akhirnya mengakibatkan kemiskinan dan penderitaan masyarakat/kaum marjinal). Punk sebenarnya muncul dari akibat kebusukan pemerintah, sistem, kebusukan politik, kejahatan kapitalisme, korupsi, dan sebagainya yang masih melingkupinya. Idealisme Punk itu sendiri seiring dengan berjalannya waktu terus berevolusi menyesuaikan perubahan wajah dunia.

Wajah kekerasan yang muncul dari Punk itu sendiri sebenarnya merupakan akibat dari pencitraan media yang dikontrol oleh kapitalisme. Kapitalisme melihat Punk sebagai gerakan bawah tanah yang memiliki potensi untuk membahayakan keberlangsungannya, sehingga media mencitrakan “Punk” sebagai sesuatu yang negatif. Akibatnya, muncullah sebuah generasi Punk yang berlabel borok, yang merealisasikan pencitraan media tentang Punk.

Anarchy itu sendiri sesungguhnya adalah sebuah keadaan dimana kita memimpin diri kita sendiri, bertanggung jawab atas diri sendiri, mengabaikan pemimpin dan sistem yang sah (sehingga stiap Punkers punya gaya mereka sendiri secara invidual untuk mengekspresikannya, tidak ada aturan baku tanpa ada keharusan untuk memakai celana ketat ataupun memiliki model rambut nyleneh). Jika ditanya mengapa menganut anakisme, sudah jelas karena kebusukan para pemimpin dan sistem yang ada. kita tidak butuh pemimpin seperti mereka, karena kita bisa memimpin diri kita sendiri, mengacuhkan sistem, dan melakukan perubahan menuju masyarakat yang lebih baik. Kita tidak butuh sebuah sistem yang hanya menyengsarakan diri kita sendiri. kita tidak butuh sebuah sistem yang telah bertahun-tahun terbukti hanya membuat gemuk orang-orang tertentu.

Viva la anarchy! Karena kita semua sama, kita semua sederajat. Karena kita semua bersaudara. Karena kita ras bebas, kita bukan budak yang hidup untuk bekerja dan menggemukkan kaum borjuis.

Viva la Anarchy (tentang anakisme)

Disebutkan dalam wikipedia: "Anarchism is a political philosophy which considers the state undesirable, unnecessary, and harmful, and instead promotes a stateless society, or anarchy.It seeks to diminish or even abolish authority in the conduct of human relations. Anarchists widely disagree on what additional criteria are required in anarchism. The Oxford Companion to Philosophy says, "there is no single defining position that all anarchists hold, and those considered anarchists at best share a certain family resemblance."

Konsep anarki sesungguhnya (menurut saya) memiliki beberapa kesamaan dengan bagaimana berpolitik dalam Islam. Dalam Anarkisme, sebuah negara tidaklah mutlak keberadaannya. keberadaannya tidak begitu penting. "Patriotisme adalah pembodohan" adalah salah satu slogan yang kerap dikumandangkan dalam pandangan politik anarchy. dan seperti dalam Islam, pada Anarkisme setiap insan bertanggung jawab atas keberadaan dirinya sendiri, setiap orang adalah jiwa yang merdeka, namun tetap bertanggung jawab penuh atas segala yang dilakukannya. tidak ada jaminan seseorang pasti masuk surga, ataupun sebaliknya. semua kembali lagi kepada masing-masing orangnya. tidak seperti dogma agama Kristen yang menyatakan bahwa setiap orang kristen pasti masuk surga karena semua dosa umat manusia sudah ditebus oleh yesus.

“Anarki” adalah satu kata yang sekarang sudah menjadi sebuah kata negatif setelah puluhan tahun dicitrakan media barat sebagai afiliasi dari kekacauan dan kekerasan. “anarkis” adalah stempel bagi siapa saja yg melakukan tindak kekerasan, membuat kekacauan secara bersama-sama. Cap negatif dari media diperparah lagi dengan keberadaan “boroké Punk” yang hanya mengadopsi gaya berpakaian, tanpa mengadopsi, menerapkan, atau mengkampanyekan idealismee Punk yang sesungguhnya, dan seringkali justru menggelandang melakukan tindak kriminal. Hanya meniru apa yang dicitrakan media, dan menerapkannya dalam keseharian.

Anarkisme itu sendiri sesungguhnya merupakan sebuah alternatif yang ditawarkan oleh idealismee Punk, yang timbul dari ketidakpercayaan terhadap sitem yang ada, dimana sistem yang ada telah terbukti selalu menimbulkan kesenjangan, ketidakadilan, serta kekayaan yang tidak merata (yang akhirnya mengakibatkan kemiskinan dan penderitaan masyarakat/kaum marjinal). Punk sebenarnya muncul dari akibat kebusukan pemerintah, sistem, kebusukan politik, kejahatan kapitalisme, korupsi, dan sebagainya yang masih melingkupinya. Idealisme Punk itu sendiri seiring dengan berjalannya waktu terus berevolusi menyesuaikan perubahan wajah dunia.

Wajah kekerasan yang muncul dari Punk itu sendiri sebenarnya merupakan akibat dari pencitraan media yang dikontrol oleh kapitalisme. Kapitalisme melihat Punk sebagai gerakan bawah tanah yang memiliki potensi untuk membahayakan keberlangsungannya, sehingga media mencitrakan “Punk” sebagai sesuatu yang negatif. Akibatnya, muncullah sebuah generasi Punk yang berlabel borok, yang merealisasikan pencitraan media tentang Punk.

Anarchy itu sendiri sesungguhnya adalah sebuah keadaan dimana kita memimpin diri kita sendiri, bertanggung jawab atas diri sendiri, mengabaikan pemimpin dan sistem yang sah (sehingga stiap Punkers punya gaya mereka sendiri secara invidual untuk mengekspresikannya, tidak ada aturan baku tanpa ada keharusan untuk memakai celana ketat ataupun memiliki model rambut nyleneh). Jika ditanya mengapa menganut anakisme, sudah jelas karena kebusukan para pemimpin dan sistem yang ada. kita tidak butuh pemimpin seperti mereka, karena kita bisa memimpin diri kita sendiri, mengacuhkan sistem, dan melakukan perubahan menuju masyarakat yang lebih baik. Kita tidak butuh sebuah sistem yang hanya menyengsarakan diri kita sendiri. kita tidak butuh sebuah sistem yang telah bertahun-tahun terbukti hanya membuat gemuk orang-orang tertentu.

Viva la anarchy! Karena kita semua sama, kita semua sederajat. Karena kita semua bersaudara. Karena kita ras bebas, kita bukan budak yang hidup untuk bekerja dan menggemukkan kaum borjuis.

Rabu, 07 April 2010

4 NEWBIE IN THE FIELD OF DAKWAH

Sekarang ini saya sedang menyelesaikan buku ke dua saya. Di salah satu babnya, ada pembahasan tentang tanda-tanda kiamat. Dalam research saya, saya menemukan dua ayat yang saya rasa sangat penting buat diketahui oleh teman-teman yang sampai sekarang aktif di dunia dakwah, terutamanya lagi bagi kawan-kawan yang masih newbie.

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (kami)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An Nisaa 4: 95-97)

Kata “berperang” dan “berjihad” dalam ayat di atas bisa juga diartikan sebagai “berjuang di jalan Allah”. Berjuang dalam konteks kekinian – seperti kata Harun Yahya” – tidak harus dengan kekuatan senjata. Karena jaman sekarang adalah jaman informasi, perjuangan itu bisa juga dilakukan dengan informasi juga. Berjihad dengan ilmu. Dan itulah yang sedang kita lakukan bersama kawan. Hanya saja apakah kita sudah ikhlas dalam melakukannya? Jika belum, semoga kita sama-sama bisa menata hati untuk bisa lebih ikhlas dalam memperjuangkan agama Allah.

Sehubungan dengan perjuangan ini, Nabi mendefinisikan masa di mana kita hidup ini sebagai masa yang penuh dengan kekacauan. Nabi memerintahkan ummatnya – kita – yang hidup di jaman kekacauan ini untuk memperjuangkan agama Allah yang Hak, meski harus merangkak di atas salju. Meski kita harus berjuang mati-matian sampai nyawa juga dipertaruhkan.

Berdasarkan ayat di atas, berjihad atau memperjuangkan agama Allah adalah sebuah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu. Mampu dalam artian memiliki ilmu dan juga potensi tentunya, jika perangnya adalah perang pemikiran atau ghazwul fikr. Menuntut ilmu dalam hal ini adalah memperkuat senjata dan kekuatan kita untuk berperang. Lalu karena hal ini merupakan kewajban bagi kita, kita juga harus ingat ancaman Allah bagi kita yang sengaja melalaikan kewajiban atau bahkan menentang hukum Allah ini.

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab 33: 36)

Wallohua’lam bish-showab

By, Arudatu

Jumat, 29 Januari 2010

tentang Hizib

Selama ini banyak diantara kita yang memiliki pandangan miring tentang Hizbuth Tahrir (Hizib). Banyak diantara umat Muslim sendiri yang memandang Hizib sebagai ormas Islam radikal yang suka mencela orang lain, bahkan mencela sesama umat Muslim. pandangan semacam ini kerap juga datang dari sesama aktifis dakwah. Bahkan ada orang yang memandang, atau bahkan menuduh Hizib sebagai penganut aliran Wahabi.

Untuk mengetahui siapa dan apa itu Hizib, pertama kita harus tahu sekilas mengenai sejarah Hizib. Sebagaimana kita semua tahu, tanah Al Quds selama ini dalam penjajahan Israel laknatulloh. Hizib sendiri lahir dari kancah pergolakan bumi Palestine. Jika Hamas dan Fatah memfokuskan perjuangan mereka untuk membebaskan tanah air mereka, maka fokus dari perjuangan Hizib lebih dari itu. Hizib memfokuskan diri pada penyatuan umat Islam secara global, menegakkan kembali harga diri umat Islam, menegakkan hukum syari’ah secara menyeluruh dalam setiap sendi kehidupan manusia sampai tebentuknya sebuah sistim kesatuan umat Islam yang disebut khilafah.

Hizib lahir di tanah Al Quds pada 1953. Didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin An Nabahani, seorang hakim di pengadilan syariah Palestine dan seorang alumni universitas Al Azhar Mesir. Beliau juga seorang anggota Ikhwanul Muslimin yang pandangan politiknya banyak diadopsi oleh PKS (meski banyak ikhwanul muslimin yang dicap sebagai teroris maupun antipemerintah beberapa dekade ini, dikarenakan perubahan haluan politik Ikhwanul Muslimin di berbaga negara)

Hizib kini telah tersebar di berbagai negara di dunia. Hizib dalam waktu yang relatif singkat sudah menyebar ke seluruh negara arab di timur tengah. Kemudian tersebar ke Mesir, Libia, Sudan, Aljazair, Turki, Inggris, Perancis, Jerman, Australia, Jepang, Belanda, negara-negara eropa lainnya, AS, Rusia, Uzbekistan, Kirgistan, Tajikistan, Pakistan, Malaysia, Indonesia, Australia,dan beberapa negara lainnya. Hizib sendiri mulai masuk ke Indonesia pada dekade 1980an.

Jika kita cermati, dalam beberapa hal (yang positif tentunya) cara kerja Hizib memiliki kemiripan dengan cara kerja zionis. Namun dalam hal ideologi sama sekali berbeda. Jika zionis internasional memperjuangkan keberlangsungan sekularisme, kapitalisme, pruralisme, dan liberaisme, maka Hizib Internasional memperjuangkan khilafah dan tegaknya syariah Islam. Jika paham lain memandang urusan politik tidak bisa disatukan dengan agama, maka Hizib memandang urusan politik itu tidak bisa dipisahkan dari Islam. Hal ini karena satu-satunya hukum yang secara total dan mengakar mengatur manusia adalah syariah. Satu-satunya hukum yang diciptakan oleh sang Maha Pencipta adalah Syariah. Dan dalam hal politik, Hizib memandang politik itu bersifat menyeluruh. Politik dalam pandangan Hizib adalah pengaturan urusan umat di dalam dan luar negeri, yang dilakssanakan oleh umat dan negara. Negara berfungsi sebagai yang menjalankan, umat berfungsi sebagai pengawas. Mirip dengan demokrasi, namun lebih sempurna.

Sekarang ini, kekuatan Hizib sebagai institusi politik Islam di dunia internasional mulai diperhitungkan. Namun umat Islam di Indonesia seakan sengaja dibutakan oleh media terhadap keberadaan Hizbuth Tahrir Indonesia, maupun Hizbuth Tahrir Internasional. Pada pertengahan tahun 2007 lalu, Hizbuth Tahrir Indonesia mengadakan konferensi khilafah Internasional. Tokoh nasional yang diundang antara lain Amin Rais, Rizieq Shihab, dan beberapa orang lainnya. Habib Rizieq Shihab sendiri tidak dierbolehkan datang oleh kepolisian RI. Tokoh Hizib Internasional yang diundangpun banyak yang secara misterius dihalangi oleh beberapa pihak untuk datang, dicekal, atau tanpa alasan yang jelas ditangkap oleh pemerintah negara tempat mereka tinggal. Tokoh Hizib Inggris sudah sampai di bandara Soekarno Hatta, namun pada hari itu beliau langsung dideportasi. Tokoh Hizib dari Palestine dilarang meninggalkan bandara Tel Aviv. Tokoh Hizib Australia dicekal. Yang berhasil memenuhi undangan waktu itu hanya tokoh dari Jepang dan Oman.

Semenjak saat itu, Hizbuth Tahrir Internasional menjadi kekuatan yang diperhitungkan dalam dunia perpolitikan Internasional. Namun anehnya peristiwa ini sama sekali tidak diberitakan di media lokal. Padahal panitia penyelenggara di Jakarta banyak mendapat pertanyaan dan permintaan wawancara dari media asing seperti Al Jazeera dan AFP. Hal ini menunjukkan bagaimana kekuatan Islam sampai saat ini masih sangat ditakuti oleh dunia barat, terutama oleh Zionis Internasional. Hanya berkumpul saja sudah sangat diupayakan untuk tidak sampai terjadi.

Memang ada beberapa orang yang mengatasnamakan Hizib yang mengeluarkan statement yang kurang mengenakkan, yang terkesan menyakitkan untuk sebagian umat Islam. Namun itu hanya pernyataan sebagian orang saja. Hal itu tidak mewakili pendapat Hizib secara menyeluruh. Memang ada sebagian kader Hizib yang bersikap keras dan emosional. Namun hal ini juga tidak mewakili Hizib secara keseluruhan. Dalam Hizib sendiri ada berbagai macam orang. Ada kader hizib yang berasal dari NU, Muhammadiyah, bahkan dari FPI. Masing-masing kader Hizib juga memiliki Mahzab yang beragam, ada yang penganut mahzab imam Hanafi, Syafi’i, bahkan ada pula teman-teman dari salafiyah. Apapun itu, selama masih berada dalam payung Ahlussunah.

Berbicara mengenai Hizib tentunya tidak akan lepas dari yang namanya politik. Dalam pandangan demokrasi dan kehidupan sekuler, yang dinamakan politik adalah cara yang sistimatis untuk meraih kekuasaan dan mempertahankannya. Maka tidak heran jika para praktisi politik adalah orang-orang yang ambisius, oportunis, dan tak jarang merupakan orang-orang yang tidak memiliki nurani. Atau dalam bahasa Quran disebut dengan orang-orang yang hatinya sudah terkunci. Sedangkan dalam pandangan Islam, dimana segala macam urusan itu terhubung dengan Allah dan diatur oleh Al Quran dan Hadist, politik adalah pengaturan segala urusan umat. Mulai dari urusan dakwah, kesejahteraan umat, sampai bagaimana mekanisme pengawasan oleh umat terhadap institusi negara. Segala kegiatan dalam pandangan Islam tidak pernah lepas dari hukum syariah. Segala yang kita lakukan dari bangun tidur sampai bangun lagi diatur dalam Islam. Segala kegiatan dalam pandangan Islam juga merupakan media untuk beribadah kepada Allah. Termasuk dalam hal ini dalam berpolitik. Dan politik dalam Islam adalah mengurus dan memelihara segala urusan-urusan umat sesuai dengan hukum Syariat.

Sampai saat ini, setahu saya hanya Hizib satu-satunya pergerakan ummat Islam internasional yang masih tetap konsisten dalam memperjuangkan tegaknya syariah Islam tanpa tudung aling-aling ataupun ageda tersembunyi,serta tetap konsisten membela segala urusan ummat Islam. Bagi kalangan politisi di negara ini mungkin hizib dipandang miring atau bahkan berbahaya karena memiliki potensi untuk melakukan makar (dikarenakan dipandang berseberangan dengan ideologi politik negara. Padahal dalam pandangan hizib, sebuah negara bisa berjalan dengan baik jika para pelaku pemerintahan dan elit politiknya memiliki ketinggian kecerdasan emosional maupun spiritual. Untuk itu maka hizib sebagai partai politik menjadikan dakwah Islam sebagai pondasi perderakannya. Proses kaderisasi dilakukan secara radikal dengan metode liqo’. Wallohua’lam Bish-showab.

Minggu, 21 Juni 2009

Makna Syahadatain

Makna Syahadatain



Jika kita ditanya mengenai rukun iman dan rukun Islam, tentu kita semua tahu dan tentunya kita juga bisa menyebutkannya satu per satu. Namun berapa banyak dari kita yang bisa benar-benar menerapkannya dan benar-benar menghayati makna dari kedua rukun itu?


Rukun iman yang pertama dan kedua adalah iman kepada Alloh dan iman kepada Nabi. Dan rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat. Dua hal ini menunjukkan penekanan terhadap pentingnya syahadat terhadap diri seorang muslim. Tetapi meski begitu, masih banyak dari kita yang memaknai syahadat hanya sebatas apa yang diucapkan oleh lisan saja dan tidak benar-benar menancapkan maknanya dalam hati dan jiwa kita.


Namun sebelum memahami makna dari syahadat, kita perlu tahu apa itu syahadat. Syahadat adalah ikrar yang kita ucapkan sebagai kesaksian kita terhadap kebenran ajaran agama Islam. Dan sebagaimana estinya sebuah ikrar, ketika diucapkan ada konsekuensi-konsekuensi yang harus dilakukan bersamaan dengan diucapkannya ikrar tersebut. Dan sebagaimana sebuah ikrar, ketika diucapkan harus juga dengan sepenuh hati, diyakini dengan sepenuh jiwa, dan dicerminkan dalam tindakan kita sehari-hari.


Kesaksian Terhadap Keesaan Alloh SWT



Kalimat syahadat yang pertama adalah pernyataan tidak adanya Illah selain Alloh. Kata “Illah” dalam kalimat Laa Ilaaha Illalloh tidak hanya bermakna “Tuhan” namun lebih dari itu. Kata Tuhan dalam bahasa Arab bisa disebut dengan Robb atau Robbi. Kata Illah berarti the ultimate one yang benar-benar mutlak, tidak ada lagi yang lainnya, yang benar-benar hanya ada Alloh Yang Maha Esa, tidak ada yang lainnya, yang benar-benar disembah, dicintai, ditakuti, dan benar-benar dipuja selain Alloh SWT.


Sebagai konsekuensi dari hal ini adalah, kita tidak boleh lagi memuja segala sesuatu melebihi Alloh SWT. Tidak lagi mencintai selain-Nya melebihi dosis kecintaan yang semestinya. Tidak lagi menjadikan materi sebagai obsesi dan orientasi hidup, tidak mempercayai perkataan “orang pintar”, serta tidak berdoa memohon pertolongan kepada selain Alloh SWT – meskipun hal tersebut adalah menjadikan sesuatu tersebut sebagai “perantara” untuk memohonkan doa kepada Alloh SWT. Doa adalah puncak dari ibadah seorang muslim kepada Tuhannya, dan sudah semestinya hal ini dilakukan tanpa perantara. Dan sesungguhnya Alloh menyukai hamba-Nya yang berdoa pada-Nya. Maka jika demikian bukankah jika kita langsung meminta kepada Alloh SWT!?


Pada masa jahiliyah, banyak diantara penyembah berhala yang menolak untuk mengucapkan kalimat Syahadat karena konsekuensi menyebut Alloh sebagai Illah adalah sangat berat. Mereka tidak lagi bisa menuhankan, mengidolakan, memuja, atau mencintai selain Alloh, melebihi Alloh sendiri, dan mereka harus meninggalkan agama dan tradisi lama yang selama ini mereka jaga. Hal ini harus benar-benar kita sadari, karena kenyataan di sekitar kita sampai saat ini, masih banyak umat Islam yang masih belum bisa menempatkan Alloh sebagai “Illah”. Masih banyak diantara kita yang masih menempatkan Alloh sebagai “Rabb” saja. Masih banyak diantara kita yang masih memelihara tradisi-tradisi yang sebenarnya berseberangan dengan syariah. Sebut saja seperti kejawen, haul, ruwatan, selametan, atau tradisi lain yang sebenarnya itu bid’ah yang nabi sendiri tidak pernah mengajarkannya kepada kita. Dan sekalipun itu tradisi, jika Nabi tidak mengajarkan, maka kita akan mendapatkan adzab Alloh karena dalam hal ibadah, apa yang kita lakukan harus benar-benar didasarkan atas apa yang dicontohkan secara langsung oleh nabi, ataupun diisyaratkan oleh nabi sendiri bahwa hal itu boleh. Suatu ibadah tidak boleh didasarkan pada qiyas ataupun pendpat semata. Harus ada Nash yang jelas.


Kemudian lagi-lagi hal ini berawal dari kecintaan yang berlebihan terhadap sesuatu selain Alloh. Dan dengan kata lain, percuma jika kita bersyahadat, tetapi masih mengamalkan semua itu. Percuma juga kita ibadah dalam hidup ini jika Illah kita bukan Alloh. Illah dalam hal ini bisa berupa suatu paham, uang, jabatan, atau wanita. Bisa juga berupa hal-hal klenik yang sesungguhnya tidak masuk akal.


Illah dalam konteks ibadah adalah sesuatu yang benar-benar disembah, dicintai, ditakuti, dijadikan obsesi, dan dijadikan orientasi hidup. Jika Illah kita bukan Alloh, atau kita tidak memiliki Illah, maka bisa dibayangkan bagaimana efeknya.


Kesaksian Terhadap Kerasulan Rasululloh Muhammad SAW

Dengan bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasululloh, maka secara otomatis kita juga bersaksi bahwa kita mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi cinta kita terhadap semua makhluk Alloh, bahkan mencintai beliau melebihi orang tua kita sendiri. Setiap generasi memiliki nabinya masing-masing, dan Nabi Muhammad SAW adalah nabi kita, yang diturunkan pada untuk kita, yang diutus untuk kita.


Kita sebagai umat Islam tentunya mengenal siapa itu Nabi Muhammad SAW. Namun, hampir dapat dipastikan jika kita yang mengaku Muslim ini mencintai beliau tidak sebagaimana mestinya. Kita seharusnya mencintai Alloh SWT dan Nabi Muhammad SAW melebihi orang-tua kita, pacar kita, bahkan nyawa kita. Namun kenyataannya, meski kita mengakui beliau sebagai Nabi kita, banyak diantara kita yang lebih mengidolakan artis daripada Nabi Muhammad SAW. Bahkan sosok Nabi Muhammad SAW hanya seorang legenda saja dalam benak kebanyakan dari kita.


Jika kita memang benar mencintai Nabi kita Muhammad SAW, tentunya kita akan mempelajari hadist beliau, biografi beliau beserta tingkah laku beliau tanpa pernah bosan, sampai sedetail-detailnya, sampai hal yang sekecil-kecilnya agar kita bisa menjadi seperti beliau. Namun apa nyatanya kawan? Banyak diantara kita yang tidak mengenalnya. Kita hanya mengenalnya sebatas cerita. Banyak dari kita bahkan tidak benar-benar mengimaninya sebagai Rasul – dalam artian, banyak hal yang beliau ajarkan, enggan untuk kita ikuti. Bahkan kita menjadi fobia terhadap ajaran beliau – yang kita sebut sebagai syariah Islam. Kita seharusnya malu kawan.


Nabi kita sangat mencintai kita umat Islam ini sebagai umatnya. Sampai-sampai pada waktu ajal sudah di depan beliau, Nabi masih memikirkan umatnya. Ketika nyawanya dicabut, Nabi bertanya pada Malaikat apakah umatnya bakal merasakan rasa sakit yang sama, Malaikat menjawb jika umatnya bakal merasakan yang lebih sakit lagi. Lalu beliau meminta Malaikat untuk menimpakan semua rasa sakit yang nanti akan dirasakan oleh umat beliau. Ketika nyawa beliau sudah sudah berada di tenggorokan, beliau bahkan mengucapkan Ummati,…. Ummati,… Umati,…yang artinya “Umatku,…Umatku,…Umatku,…”[1] yang menunjukkan bahwa sampai maut menjemputnya, Nabi masih begitu memikirkan umatnya, karena cintanya terhadap umatnya yang sangat dalam.


Lalu kawan, jika cinta Nabi pada kita sampai segitunya, dan dengan ajaran beliau yang begitu agung dan mulianya, apa pantas jika kita mencintai Nabi Muhammad hanya sebatas seperti pemaparan di atas? Apakah kita tidak malu pada diri kita sendiri? Atau dengan kata lain, apa masih pantas kita mengaku sebagai umat Islam? Jika memang cinta kita terhadap beliau hanya sebatas itu, jika memang kita fobia terhadap syariah Islam, tidak mau menerima syariah Islam tanpa mempelajarinya terlebih dahulu, kenapa tidak buang saja sekalian keislaman kita? Toh hal itu tidak ada bedanya karena kita tidak mencintai Nabi Muhammad SAW sebagaimana mestinya.


Nabi Muhammad SAW itu seorang manusia biasa kawan. Beliau diturunkan di dunia ini untuk menjadi suri tauladan bagi kita semua. Beliau diturunkan di dunia ini untuk kita cintai. Dan apa yang beliau lakukan, tidak ada yang mustahil untuk kita lakukan. Apa yang berasal dari beliau, sudah pasti baik karena pasti berasal dari Alloh SWT. Dan kita diciptakan sebagai umat Islam, umat beliau, seharusnya meneladani beliau dalam semua hal. Dalam hal ibadah, seharusnya kita tidak melakukan ibadah-ibadah yang tidak semestinya. Tidak melakukan ibadah-ibadah yang jelas-jelas tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tidak melakukan ibadah-ibadah yang tidak jelas tuntunannya, meskipun hal ini diperintahkan oleh ustad kita.


Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, maka kita dengan sendirinya harus melaksanakan semua perintah Alloh, dan menegakkan Syariah sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhamad SAW. Jadi syahadat itu bukan hanya beruapa ikrar semata, ada konsekuensi logis sebagai umat Islam ketika kita sudah mengucapkanya. Wallohua’lam bisshowab.


By: Arudatu

http://arudatu.blogspot.com

http://detuva.multiply.com



[1] Hadist riwayat Fatimah binti Rasuillah