Minggu, 26 April 2009

Do it for a reason (tentang ikhlas, doa, hajat, dan turunannya)

Beberapa waktu yang lalu saya membaca blog dari seorang kawan yang isinya tentang ikhlas, dan dengan judul yg sama dengan apa saya tulis di sini. Ada satu kalimat yg saya rasa kurang tepat. Dan saya ingin mengomentari kalimat itu, dan juga semoga apa yg saya sampaikan ini bermanfaat bagi saudaraku sekalian.



Tentu semua orang tahu apa itu ikhlas. Namun apakah salah jika kita beribadah untuk mengharapkan sesuatu dari Alloh? Apakah salah jika kita berinfak atau bershodakoh karena mengharapkan Alloh mau menjaga harta kita, dan mengharap agar Alloh memberi kita rizki yg lebih banyak? Atau dengan kata lain, apakah salah jika berharap doa kita kan lebih cepat terkabul melalui ibadah lain? Tentu tidak salah kawan. Karena ikhlas adalah melakukan sesuatu semata karena Alloh. Dan jika kita mengahrapkan sesuatu dari-Nya, tentu tidak mengapa. Bahkan Alloh sendiri menganjurkannya. Alloh suka kepada hambaNya yg senantiasa meminta kepadaNya. Atau dengan kata lain, Alloh suka dengan hambaNya yg suka berdoa kepadanya. Karena Doa sendiri adalah ibadah.



Ustad Yusuf Mansur dalam salah satu bukunya menyampaikan bahwa jika memiliki hajat / keinginan, kita diperbolehkan untuk memintanya kepada Alloh dengan media sholat, doa, ataupun shodakoh, dan tentu saja dengan dibarengi dengan usaha. Saya pernah mendengar komentar begini, “kalo ibadah ya ibadah aja, ndak usah pake minta-minta yg macem-macem. Itu namanya sampeyan ndak ikhlas ibadahnya.”



Lho ya!?,… itu komentar dari mana, dasarnya juga apa. Lhawong Alloh sendiri menyukai hambanya yang meminta kepada-Nya kok ini ada komentar semacam itu.



Jadi kawan, selama kita melakukan ibadah, atau hal lain karena selain Alloh, baru itu bisa disebut sebagai “tidak ikhlas”. Jadi, do it for a reason, and let the reason be your God. Even though if you meant something back from God. Sekarang, ketika kita beribadah bukankah mengharap sesuatu? Bukankah kita mengharap Surga Alloh? Jika tidak ada reward berupa Surga, dan ancaman berupa Neraka, apakah kita masih akan beribadah kepada Alloh? Kecuali jika kita sudah mencintai Alloh dengan tanpa syarat (seperti para kaum sufi).



Logikanya, jika kita dan jin diciptakan untuk beribadah kepada Alloh SWT, sebagaimana yg tertulis dalam surat Adz Dzaariyat ayat 56[i], dan jika meminta sesuatu kepada Alloh adalah ibadah, maka mengapa tidak? So do it for a reason, and let the reason be your God. Even though if you meant something back from God. Even though you want something back for a return.



Dalam syariah Islam diatur tata cara berdoa. Karena syariah mengatur hubungan antara manusia dengan Alloh, dan doa merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Alloh. Dalam syariah dikatakan jika kita ingin doa kita lebih cepat dikabulkan, maka harus diiringi dengan ibadah lain untuk merayu Alloh. Dan Alloh sendiri memerintahkan kita untuk berdoa kepadaNya lewat firman-Nya pada surah Al Mukminun (40) ayat 60 “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[ii] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”



Doa sendiri dalam hidup ini memiliki fungsi untuk mengkomunikasikan kepentingan manusia kepada Alloh SWT, apapun kepentingan itu. Entah kepentingan yg berhubungan dengan dunia, maupun akhirat. Dengan doa, kita menyampaikan keluhan-keluhan kita, mengadukan permasalahan dan problematika kehidupan yg sedang kita hadapi. Dan sesungguhnya Allah SWT merasa malu jika tidak mengabulkan permohonan seorang hamba-Nya yang mengadahkan tangannya dengan khusuk dan khidmat pada saat dia berdoa kepada Alloh. Rosululloh SAW bersabda,



“Sesungguhnya Alloh merasa sagat malu kepada hamba-Nya ketika hamba-Nya mengadahkan kedua tangan-Nya (berdoa), memohon yg baik, (Alloh merasa malu) mengembalikannya dalam keadaan hampa” (HR. Ahmad)



“Apabila kamu memohon kepada Alloh, wahai manusia, maka mohonlah dengan yakin bahwa Alloh pasti kan menerima doamu. Karena sesungguhnya Alloh tidak akan menerima doa hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya yang timbul dari hati yang lalai” (HR. Ahmad)



Maka jelaslah sudah jika kita beribadah, melakukan kebaikan karena ingin doa kita dikabulkan, maka hal itu tidaklah salah. Selama doa dan keinginan kita tidak datang dari hati yg lalai. Selama doa dan keinginan kita itu tidak bertujuan untuk bermaksiat kepada Alloh SWT. Dan cara-cara beribadah yg memang bertujuan agar hartanya dilindungi, atau agar hajatnya terkabul tidaklah salah. Bahkan doa atau keinginan yang disampaikan dengan cara ini memiliki fungsi yang lain seperti:



1. Orang yg selalu membasahi bibirnya dengan doa dan dzikrullah, maka ia akan memperoleh ketenangan dan kedamaian dalam hatinya. Tidak mudah dihinggapi perasaan susah ketika ditimpa musibah serta tidak mudah putus asa dalam mengahadapi realita hidup. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” {QS. Ar Ra’d(13) ayat 28}.



2. Orang yg selalu berkomunikasi dengan Alloh SWT melalui doa, maka ia akan sealu diperhatikan oleh Alloh. Logikanya, jika anda memiliki 1000 orang anak buah, maka bukankah anda akan selau memperhatikan anak buah anda yang paling sering berkominukasi dan berinteraksi dengan anda? Sama halnya kita dengan Alloh. Dan doa adalah medianya.



Dalam sebuah hadist qudsi Rosululloh SAW menjelaskan: “Alloh SWT berfirman: Aku bersama hamba-Ku, selama dia mengingat Aku, dan selama kedua bibirnya bergerak menyebut-Ku (berdoa)” (HR. Ahmad, dari Jabir)



3. Orang yg selalu beribadah dan berdoa, akan menjadi orang yg kaya jiwanya dan terhindar dari keadaan fakir (dicukupkan semua kebutuhannya). Disebutkan dalam sebuah hadist qudsi: “Rosululloh bersabda: Alloh berfirman: Wahai manusia, luangkan waktumu untuk beribadah (berdoa) kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhkan dadamu dengan kekayaan hati, dan aku akan menutupi kefakiranmu. Jika tidak kamu lakukan itu (tidak mau berdoa), maka akan aku penuhkan kedua tanganmu dengan kesibukan dan aku tidak akan meutupi kefakirannmu.” (HR. Thirmizi dari Abu Hurairah RA)



Dan jika kita tilik lebih dalam makna dari hadist di atas, jika seseorang tidak pernah mau untuk beribadah ataupun berdoa, ataupun beribadah untuk berdoa, maka dalam hidupnya dia tidak akan merasa cukup dengan segala yang dia dapatkan. Sekalipun hidupnya bergelimang dengan harta, dan Alloh akan semakin menyibukkan dia dengan kesibukan duniawinya.



Kata “fakir” yg dimaksud dalam hadist qudsi diatas memiliki arti fakir dalam harta, maupun merasa fakir meski hidupnya bergelimang harta. Atau dalam kata lain selalu merasa kurang dengan apa yg didapatnya dan kurang bisa bersyukur atas nikmat Alloh yg dia dapatkan. Kata “fakir” dalam hadist qudsi diatas juga bisa diartikan sebagai “kesusahan” atau “permasalahan”, atau bisa juga “cobaan”. Jadi kalimat “…Aku akan penuhkan dadamu dengan kekayaan hati, dan aku akan menutupi kefakiranmu.” Juga bisa diartikan bahwa Alloh akan memenuhi dada kita dengan iman yg lebih kokoh, serta semua kesusahan atau cobaan yg ditimpakan kepada kita akan diringankan oleh-Nya.



“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” {Surah Az Zuhruuf(43) ayat 36 sampai 37. Begitu pentingnya kedudukan doa dalam hidup kita, karena sesungguhnya doa itu sendiri merupakan intisari dari semua ibadah kita kepada Alloh SWT. Bukan sebaliknya. So do it for a reason, and let the reason be your God. Even though if you meant something back from God. Even though you want something back for a return. Because “it” is also a pray, and praying is the essence of all of “it”[iii]. Wallohua’lam Bisshowab.







By: Arudatu

jalesveva_2005@yahoo.com

http://arudatu.blogspot.com

D’Etuva Spaghetti n Pasta





[i] Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz Dzaariyat ayat 56)

[ii] Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.

[iii] “it” disini berarti ibadah lain selain doa.

Smile 2

Apa perasaan anda jika anda bertemu atau berinteraksi dengan orang yg bermuka masam? Bagaimana perasaan anda jika bertemu dengan seseorang yg dalam hidupnya selalu menebarkan senyum di setiap kesempatan? Tentu kita kan merasa senang jika berjumpa dengan orang-orang yg senantiasa tersenyum dengan tulus.

Raut muka orang-orang yg banyak tersenyum pun, akan terlihat cerah dan awet muda. Bahkan Rosululloh sendiri pernah mendapat peringatan dari Alloh ketika bermuka masam, meski beliau berhadapan dengan orang buta. Meski orang yg dihadapan beliau tidak dapat melihat muka beliau ketika cemberut. Hal ini terekam dalam hadist dan surah Abasa (80) ayat 1 sampai 11.

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling[i], karena telah datang seorang buta kepadanya[ii]. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya. Adapun orang yg merasa dirinya serba cukup[iii], maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yg datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan.

Kawan, bukankah ketika kita melihat orang yg cerah mukanya kita juga ikut terhibur? Dan bukankah orang-orang bermuka cerah selalu terlihat lebih muda dari umur sebenarnya? Bukankah mereka terlihat awet muda? Lalu kenapa kita tidak mencoba untuk menjadi orang yg lebih sabar dan banyak tersenyum? Kenapa kita begitu egois untuk menjadi seseorang yg mudah marah dan bermuka masam?

Ingat kawan, Rosul saja diberi teguran oleh Alloh, maka sudah semestinya kita mengikuti beliau untuk tidak bermuka masam. Rosul saja orangnya ramah dan banyak senyum, maka sudah semestinya kita mengikuti beliau untuk menjadi orang yg ramah dan lemah lembut. Kawan, salah satu Asmaul Husna adalah Yang Maha Lemah Lembut, dan Alloh menyukai hamba-Nya yg bersikap lemah lembut.

Senyum juga adalah merupakan sedekah. Ketika kita tulus terseyum dengan hati kita, orang yg sedang kita hadapi akan merasa senang dengan kehadiran kita. Dia kan merasa lebih dihargai, dan juga jika sedang mempunyai masalah, Insyaalloh dia kan merasa sedikit terangkat bebannya. Dan kita juga kan mendapat pahala dari Alloh SWT. Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki, sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yg pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji.

Kawan, kebahagiaan yg sesugguhnya ada di dalam hati kita. Meski berlimpah harta, jika hati tidak pernah merasa tenang, maka hidup tidak akan tenang. Hidup akan senantiasa terasa susah. Dan dengan bersikap ramah dan banyak senyum, kita dengan sendirinya melatih diri kita sendiri untuk menjadi ikhlas dan lebih sabar. Dengan demikian kita tidak kan merasa susah meski permasalahan kerap datang menerpa kita. Karena dalam hidup ini, mustahil kita tidak pernah mengalami satu permasalahan.

Sebaliknya jika kita sering mengumbar marah, bermuka masam, cool, dan bersikap kurang ramah, jika kita mengalami satu permasalahan, betapa sepele masalah itu, maka akan terasa berat. Akan terasa seakan masalah datang silih berganti tanpa henti, dan hidup terasa susah. Kita tentu pernah mendengar ada orang yg suka melebih-lebihkan satu permasalahan. Dan jika kita tilik lebih dalam, orang-orang macam ini pasti orangnya pemarah, dan terlihat tua.

Maka adalah benar adanya pendapat bahwa orang yg banyak tersenyum akan jauh dari kesusahan hidup, jauh dari stress, dan senantiasa tenang hatinya. Selain itu jika kita banyak tersenyum, senan tiasa optimis, dan ikhlas, tubuh kita kan jauh dari penyakit serta awet muda. Demikian juga sebaliknya.

Kawan, minds controls the body and soul. Kalo pikiran kita senantiasa positif, selalu tersenyum, maka tubuh dan jiwa kita kan senantiasa sehat. Wallahua’lam Bisshowab.

By: Arudatu

jalesveva_2005@yahoo.com

http://arudatu.blogspot.com

D’Etuva Spaghetti n Pasta



[i] Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah S.80:1 turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yg buta yg datang kepada Rasulullah saw. sambil berkata: "Berilah petunjuk kepadaku ya Rasulullah." Pada waktu itu Rasulullah saw. sedang menghadapi para pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah berpaling daripadanya dan tetap mengahadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ummi Maktum berkata: "Apakah yg saya katakan ini mengganggu tuan?" Rasulullah menjawab: "Tidak." Ayat ini (S.80:1-10) turun sebagai teguran atas perbuatan Rasulullah saw.
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yg bersumber dari 'Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya'la yg bersumber dari Anas.)

[ii] Orang buta itu bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Dia datang kepada Rasulullah s.a.w. meminta ajaran-ajaran tentang Islam; lalu Rasulullah s.a.w. bermuka masam dan berpaling daripadanya, karena beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat ini sebagi teguran kepada Rasulullah s.a.w.

[iii] Yaitu pembesar-pembesar Quraisy yg sedang dihadapi Rasulullah s.a.w. yg diharapkannya dapat masuk Islam.

Rabu, 15 April 2009

Mismatching Management (Management Ketidakcocokan)

Dalam hidup ini, kita sebagai manusia sering kali merasa tidak sependapat dengan orang lain, tidak cocok dengan seseorang, serta kadang tersinggung atas pendapat atau pernyataan orang lain. Jika sudah begini, kita kan dihadapkan pada dua pilihan. Menuruti ego dan emosi, atau kembali pada hati, menatanya agar bisa dingin lagi, untuk menghindari konflik.


Pilihan pertama, butuh tenaga yang tidak sedikit, namun butuh waktu yang relative singkat. Perlu segenap tenaga yang ada pada jiwa dan raga untuk dikerahkan, untuk memenuhinya. Sudah begitu, ada efek samping yang tidak diinginkan. Mulai sakit hati, gangguan kesehatan, stress, kehilangan harta, bahkan nyawa, dan satu efek yang nyata namun jarang disadari, mengerasnya hati, mengeruhkan nurani. Namun entah mengapa kita sering kali memilih pilihan yang pertama ini.


Pilihan kedua, butuh tenaga yang lebih sedikit namun butuh waktu yang agak lama untuk membiasakan diri. Hanya perlu menahan diri, ingat pada Alloh SWT, serta menata hati dan pikiran. Efek sampingnya pun, bukan hal-hal yang negatif. Seiring berjalannya waktu, kita kan mendapatkan kedamaian dalam hati kita. Masalah apapun yang menghadang juga kan terasa ringan.


Jika kita berhubungan dengan seseorang di dalam kehidupan bermasyarakat, terutama dalam hubungan rumah tangga, atau persahabatan, tentu ada kalanya kita tidak bisa menerima pendapat, tingkah polah, atau pernyataan orang-orang di sekitar kita. Ada kalanya kita cocok, namun ada kalanya pula kita tidak cocok dengan seseorang. Permasalahannya adalah, pilihan mana yang kita ambil ketika kita tidak cocok dengan seseorang?


Tentunya jika kita bijak, kita kan memilih pilihan yang kedua. Kita bisa menata hati dan pikiran kita, selalu ingat pada Alloh, serta menahan diri. Kita punya diri kita sendiri, kita punya cara kita masing-masing untuk menata hati kita yang masing-masing dari kita lebih tahu bagaimana cara yang paling jitu. Namun ada suatu rumus paten dalam management konflik, atau ketidakcocokan.


Yaitu, try to accept things the way they are. Cobalah menerima keadaan apa adanya. Paksakan diri kita untuk menyesuaikan dengan keadaan. Jangan terlalu memaksakan keadaan sekitar kita untuk menyesuaikan dengan keadaan diri dan kemauan kita. Sebagai contoh, dalam rumah tangga. Kita tidak suka suami atau istri kita berkata kasar, atau mengungkit kesalahan di masa lalu. Ya sudah, ketika itu terlanjur terjadi, yang bisa kita lakukan adalah saling menahan diri untuk marah. Ketika amarah sudah reda, komunikasikan dengan baik dan dengan tuturkata yang baik. Saling memahami, dan menerima apa adanya. Saling mencoba untuk merubah diri masing-masing untuk menjadi seseorang yang lebih baik.


Kedua, good relationship, begins with good communications. Dalam berhubungan dengan manusia lain, selalu komunikasikan apa yang ada dalam benak kita kepada orang di sekitar kita dengan bahasa yang baik dan santun. Komuikasikan apa yang menjadi ganjalan di dalam hati kita kepada orang-orang di sekitar kita, agar kita bisa saling mengerti satu sama lain.


Ketiga, anger is addicting, don’t ever try to let it out of your system so easily. Ketika kita marah, semakin kita turuti, maka amarah kita pun semakin menjadi, karena nafsu amarah itu seperti candu. Dan sebagaimana kata Rasululloh, “seorang mukmin yang kuat adalah yang bisa menahan diri ketika dia marah”.


Keempat, keep trying to be a better person. Sebagaimana intisari surah Al Ashr ayat 1 sampai 3 yang dinyanyikan oleh Raihan dalam lagunya yang berjudul “Demi Masa”. Sadari kekurangan-kekurang an kita, dan perbaiki terus menerus. Karena hidup ini hanya sekali, dan hidup ini adalah serangkaian proses pembelajaran yang panjang. Dan manusia sempurna adalah yang selalu berusaha untuk menjadi seorang hamba Allah yang lebih baik dari waktu ke waktu.


Ikhwanu fiddiin rahimahulloh, dalam berhubungan dengan orang lain, apalagi dalam berumah tangga, akan sangat indah dan menyejukkan jika tidak ada nafsu amarah yang diumbar. Dalam hidup berumah tangga, meski sudah hidup berpuluh tahun bersama, bukan tidak mungkin jika kita masih sering cekcok dengan orang yang kita cintai. Entah itu karena kita memang tidak memahami istri atau suami kita, atau memang karena kita yang terlalu egois, yang tidak pernah mau tahu dan taidak pernah mau mencoba untuk memahami orang yang kita sayangi. Wallohua’lam bisshowab




By: Arudatu

jalesveva_2005@ yahoo.com

http://arudatu. blogspot. com

D’Etuva Spaghetti n Pasta

Selasa, 14 April 2009

Smile

Senyum

beberapa waktu yg lalu saya menjumpai seseorang yg sedikit banyak mengingatkanku pada diriku di masa lalu. Pasti semua yg mengenalku tentu tahu jika saya ini orangnya pemarah dan kaku. Dan karena sifat itu, saya juga jadi sosok orang yang jarang tersenyum. Cool kalo kata orang.


Seiring berjalannya waktu, saya menyaadari kalau Rasululloh sama sekali bukan orang yg cool atau dingin. Justru sebaliknya. Justru orang-orang yg getol memusuhi Islam lah yg memiliki penampilan dingin. Bahkan seorang algojo atau juru penggal dalam Islam pun (dalam pelaksanaan hukum syari'ah), orang-orangnya murah senyum. Tidak seperti imej yang digambarkan oleh dunia barat. Sama sekali tidak. Karena algojo merupakan pekerjaan untuk orang-orang pilihan. Orang-orang yang benar-benar mampu untuk menata hati dan pikirannya.


Seiring dengan berjalannya waktu pula, saya belajar untuk lebih banyak tersenyum dan bersabar. Saya menyadari jika cool itu tidak dianjurkan dalam syari'ah. Sunnah Rasululloh adalah untuk banyak tersenyum. Senyum juga merupakan sedekah. Karena dengan kita tersenyum, orang lain yang melihat kita juga merasa senang. Mereka kan merasa lebih dihargai jika senantiasa melihat kita tersenyum ketika berinteraksi dengan mereka. Saya juga tidak mau disamakan dengan musuh-musuh Islam yang senantiasa mempertahankan ke-cool-an mereka. Toh cool itu menguras tenaga. Kenapa musti mati-matian dipertahankan? Seseorang yang kukenal sampai memiliki penyakit sesak nafas karena mempertahankan ke-cool-annya.


Seseorang yang berpenampilan kurang menarik (jelek fisiknya), jika dia banyak tersenyum, dia kan terlihat menarik. Kehangatan pribadinya terpancar dari ekspresi mukanya yang selalu cerah ceria. Dalam pelatihan awal sebelum pengkaderan dalam Hizbuth Tahrir, ada aturan yang harus dilaksanakan oleh para pesertanya. Yaitu 3-3-7, atau 3cm bibir senantiasa ditarik ke samping kiri, 3cm ke kanan, dan 7cm ke atas dan bawah.


Dengan senyum pula saya menyadari jika kita bisa terlihat lebih muda. Foto terbaru saya dengan foto saya 4-7 tahun lalu ketika masih di Bandung tidak jauh berbeda. Karena semenjak saya biasakan diri untuk tersenyum lebih sering, saya merasa lebih muda. Dulu saya jarang tersenyum, sekarang saya lebih banyak tersenyum. Dan Alhamdulillah saya merasakan sendiri manfaatnya. Baik secara psikologis, maupun secara fisik.


Saya juga merasa lebih PD atau mungkin sudah dalam taraf narsis, ketika saya sudah lebih banyak dan lebih sering tersenyum. Saya jadi merasa lebih PD untuk berpose di depan kamera, atau bahkan foto box meski wajahku ini tidak ganteng. Meski serem, tapi saya merasa lebih ganteng ketika saya terseyum. Tapi dulu, ketika saya masih cool, saya tidak begitu suka berfoto. I'm on denial that my face looks older than my age.


Dengan membiasakan diri untuk tersenyum dengan sepenuh dan segenap hati yang tulus, kita dengan sendirinya juga melatih diri kita sendiri untuk menjadi lebih ikhlas dan sabar. Jauh dari sikap kaku seperti es. Seorang adikku yang jutek (meski cantik) juga bisa berkurang kekakuannya setelah banyak tersenyum. 5 tahun yang lalu, dia orangnya jutek, gampang naik darah, dan juga bisa dibliang punya hobi marah. Lalu sekarang dia menjadi seorang yang lebih banyak tersenyum, lebih luwes, dan juga lebih menyenangkan. Ada satu kepuasan tersendiri ketika kita dengan orang yang kita sayangi bisa sama-sama berubah menjadi lebih baik. Kita menjadi lebih dekat, dan bisa saling menyayangi karena dan untuk Alloh SWT.


Sifat mahal senyuman itu dekat dengan sifat kaku. Setali tiga uang dengan nafsu amarah yang meluap-luap dan tidak terkontrol. Sifat-sifat tersebut seperti gunung es yang kaku dan angkuh. Yang kerap kali menyakiti para pelaut arctic dan menenggelamkan kapal mereka. Bahkan menghilangkan nyawa mereka. Dan es tersebut meski angkuh dan kaku, jika sudah terbelah, pecah, maka dia akan hancur. Tidak akan dengan mudah bisa kembali disatukan. Lain halnya dengan air yang dinamis. Dia bisa merobohkan gedung, menghancurkan besi, atau bahkan gunung es atau btu karang sekalipun. Namun jika dipisahkan, dia juga mudah untuk disatukan. Hanya tinggal di tuang dalam satu wadah yang sama. Maka dia sudah menjadi satu lagi. Dan tentunya sifat sabar, ikhlas, dan murah senyum itu seperti air yang menyejukkan dan memberi kehidupan. Dan dari air pula Alloh menciptakan kehidupan, dari air pula Alloh menciptakan awal mula kehidupan. Seperti yang banyak disampaikan Alloh SWT dalam Al Quran.


Sama seperti sifat mahal senyum, kaku, dan emosional. Jika seseorang menumbuhsuburkan sifat-sifat itu dalam dirinya, dia akan mennghancurkan dirinya sendiri. Baik secara psikologis, maupun secara fisik dari dalam.


Secara psikologis, dia bakal menjadi sosok orang yang tidak menyenangkan dan egois. Dan dalam beberapa kasus, menjadi orang yang ditakuti. Dan saya sendiri mengalaminya, saya sendiri menyadari betapa tidak mengenakkannya menjadi orang kaku dan cool. Capek, dan juga sangat tidak mengenakkan lagi menjadi orang yang ditakuti, itu jika kita masih memiliki dan memakai hati nurani. Bahkan sampai sekarang, imej itu belum sepenuhnya hilang.


Secara fisik, seseorang yang menumbuhsuburkan sifat-sifat itu dalam dirinya, pasti akan mengalami beberapa ganguan kesehatan. Contoh ekstreem bisa kita lihat pada sosok mantan perdana menteri Israel yang sekarang fisiknya sudah sakit-sakitan. Bisa juga kita lihat dalam diri mantan presiden Soeharto. Meski di depan publik terlihat murah senyum, tapi nyatanya banyak dari kebijakan-kebijakannya mencerminkan kekakuan dirinya. Beliau sampai akhir hidupnya didera macam-macam penyakit karena sifat-sifat tersebut.


Jika kita kaku, hormon-hormon yang bersifat positif tidak akan dikeluarkan oleh tubuh dan hormon-hormon yang negatif akan meningkat. Seperti pada postingan saya sebelumnya. Oleh sebab itu dalam ilmu kedoteran terapi secara mental dan psikologis lebih penting daripada terapi fisik. Tubuh kita ini sebenarya memiliki hampir semua yang kita butuhkan untuk menjadi lebih sehat dan untuk melawan penyakit yang melanda kita. Dan karena itu, ada juga terapi medis yang memanfaatkan kemampuan tubuh kita untuk melawan penyakit.


Sebagai analogi, banyak perokok yang hidupnya lebih singkat karena memiliki sifat pemarah dan kaku, juga jarang tersenyum. Namun ada juga sekelompok orang yang juga merokok tapi memiliki umur yang lebih panjang, karena memiliki sifat yang pemaaf, sabar, dan tentunya murah senyum. Namun tentu saja hal ini tidak dapat menjadi justifikasi bagi kita untuk meneruskan kebiasaan merokok. Karena bagaimanapun juga merokok tidak baik bagi kesehatan.


Hal yang serupa juga berlaku dalam dunia kerja. Terutama ketika kita bekerja di satu bidang yang memang bersentuhan dengan orang banyak. Kita dituntut untuk bisa luwes dan tentu saja ramah atau dengan kata lain, murah senyum. Karena manusia adalah makhluk sosial, yang hidup dengan manusia-manusia lain, juga dengan fitrah seorang manusia yang menyukai kedamaian, dan keramahan, tentu saja kita dituntut untuk bisa luwes dalam pergaulan dan tidak kaku. Dan karena itu sudah fitrah dari Alloh, tentu dalam prakteknya juga akan membuat kita merasa lebih baik, meski untuk memulainya terkadang terasa berat, karena kita belum terbiasa.


Jadi jika memang sunnah dari Nabi Muhammad seperti itu, lalu mengapa kita tidak mulai untuk membiasakan diri untuk lebih banyak tersenyum dari sekarang? Mengapa kita tidak memilih untuk menjadi seperti air? Mengapa malah memilih untuk menjadi seperti karang atau gunung es? Adakah lagi alasan untuk menolak fittrah manusia yang memang sudah baik?


Ingat kawan, Islam adalah rahmatan lil alamin, rahmat bagi sekalian alam. Sebagai seorang muslim, kita harus bisa menjadi rahmat bagi sekalian alam. Jika belum bisa, kita mulai dari sekitar kita. Kita mulai dari senyuman untuk orang sekitar kita. Mulai dari sekarang, Mulai dari hal yang paling kecil, Mulai dari sekitar kita. Jadilah orang yang hangat dan ramah bagi setiap orang. Tidak peduli siapa dia, meski dia orang yang kita benci sekalipun. Kita bukan nabi, tapi nabi juga manusia. Nabi bukan malaikat. Nabi Muhammad adalah panutan kita. Kita bisa mencoba sebisa mungkin untuk menjadi seperti beliau. Wallohua'lam bisshowab...




by: Arudatu

jalesveva_2005@yahoo.com

D’Etuva Spaghetti n Pasta

Rabu, 08 April 2009

maramara2

Berita untuk penghobi marah

Beberapa waktu yang lalu, saya mengirim postingan tentang bagaimana marah dan control emosi bisa mempengaruhi kesehatan kita, ditilik dari segi hormonal, tekanan darah, dan beberapa aspek terkait. Lalu berikut ini ada satu hasil penelitian yang menarik dari Amerika Serikat (AS) yang masih berkaitan dengan marah dilihat dari segi biorhythm dan bioelectric.

Baru-baru ini, beberapa peneliti dari Amerika Serikat meneliti tentang ritme jantung, dan bagaimana kemarahan bias mempengaruhi system elektrik jantung. Dr Rachel Lampert dari Yale University di Heaven, Connecticut (AS) bersama koleganya melakukan riset terhadap 62 pasien jantung dengan menggunakan satu sensor untuk jantung yang diletakan ke tubuh mereka yang disebut ICD, yang bisa mendeteksi irama jantung atau yang biasa disebut “arrhythimia”, yang berfungsi untuk menormalkan detak jantung.

Dalam riset episode kemarahan pasien dihitung, kemudian tim secara spesifik mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien untuk mengingat episode kemarahan mereka. Hasilnya rasa marah bisa meningkatkan ketidakstabilan elektrik pada pasien-pasien yang mengindikasikan irama dan detak jantung yang tidak teratur.

Riset juga menunjukkan kemarahan pada taraf tertentu bisa memicu kematian. Setidaknya untuk orang-orang yang memang sudah “hobi” marah dari dulu. Sehingga sering memicu terjadinya “korsleting” atau gangguan listrik pada jantung.

Jadi, percaya nggak percaya, yang namanya marah itu dapat memperpendek umur seseorang. Jadi ndak sala kalau Rasulullah pernah berkata “Laa taghdab (jangan marah), 3x,… karena arah itu dekat dengan neraka…”

Masih tentang marah dan control emosi, berdasarkan riset, orang-orang yang lebih religius dan dekat dengan Tuhan yang diyakininnya, memiliki tingkat stress yang lebih rendah daripada orang-orang yang agnostic, atheist, atau orang-orang yang kurang religius. Namun anehnya, riset tersebut tidak berlaku sepenuhnya bagi orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, khususnya para serdadu yang biasa menghadapi para mujahid Palestine. Tidak peduli seberapa religius mereka, tetapi tingkat stress mereka sangat tinggi. Bahkan akhir-akhir ini kasus kegilaan atau gangguan jiwa di kalangan para serdadu Israel seakin meningkat. Khususnya pada periode pasca invasi mereka ke Gaza beberapa waktu yang lalu.

“Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat bergulat, akan tetapi orang yang kuat itu adalah orang mereka yang dapat menahan hawa nafsunya ketika marah”. (HR Bukhari & Muslim)

By: Arudatu

jalesveva_2005@yahoo.com

D’Etuva Spaghetti & Pasta

maramara

Marah Sebagai Sumber Penyakit

Kita sebagai manusisa tentunya telah akrab dengan yg bernama marah. Kita sebagai manusia juga pasti pernah marah. Rasulullah pun pernah marah. Rasa marah merupakan fitrah manusia. Namun tahukah anda jika marah yang berlebihan itu dapat menyebabkan berbagai macam penyakit? Begitupun dengan perasaan negatif lain yang acap kali hinggap pada kita. Itulah sebabnya “sabar” menjadi salah satu ibadah yang punya tempat istimewa.

Ketika kita marah, kadar hormon adrenaline dalam darah kita akan meningkat. Dengan begitu, kinerja jantung akan meningkat. Jantung akan berdegup lebih kencang dari normal. Kemudian jika hal ini terjadi berulang-uang untuk waktu yang lama dapat menyebabkan pembengkakan jantung. Kemudian jika kita sering marah-marah dengan berlebihan, kadar kolesterol jahat dalam darah juga akan meningkat, yang dapat berujung pada penyakit jantung koroner, yang bisa juga berujung pada kematian mendadak.

Hormon lain yang meningkat ketika marah adalah cortisone yang berfungsi sebagai anti inflamatory. Ketika hormon cortisone ini meningkat, pembuluh darah akan membesar dan melemah. Lalu kombinasi kadar cortisone dan adrenaline yg tinggi dapat meningkatkan tekanan darah, karena detak jantung yang tinggi, dan melemahnya pembuluh darah, yang dapat berujung pada stroke jika yang pecah adalah pembuluh darah yang berada di otak. Kemudian tingginya tekanan darah juga dapat membuat kita terasa pusing dan sakit kepala.

Jika kita mudah marah juga dapat berujung pada insomnia, dan penurunan daya tahan tubuh kita terhadap penyakit, dan juga secara psikologis dapat menurunkan ketahanan kita terhadap masalah.

Karena kita terbiasa untuk marah, kita juga akan terbiasa untuk menghadapi segala masalah dengan marah. Dengan begitu kita secara tidak disadari membentuk pribadi yang egois. Karena orang yang suka marah, dan membiasakan diri untuk marah dalam menghadapi masalah adalah orang yang egois dan merasa tidak pernah salah.

Kemudian jika kita sering marah, kita akan menjadi nudah stress. Dan ketika kita sudah stress, hormon-hormon jahat dalam tubuh kita akan meningkat. Hormon-hormon tersebut jika kadarnya terlalu besar dalam darah, akan menjadi carcinogen, atau dengan kata lain berarti hormon-horman jahat tersebut dapat menyebabkan timbulnya kanker.

Ketika kita sakit, jika kita sering marah juga akan menyebabkan sakit yang berkelanjutan dan mungkin akan menjadi semakin parah.

Ada beberapa hal yang InsyaAll0h bisa kita lakukan untuk membantu kita mengendalikan marah.

Yang pertama, sering-seringlah kita melihat sekitar kita. Sering-sering memperhatikan nasib saudara-saudara ita yang hidupnya kurang beruntung. Dengan begitu kita akan lebih banyak bersyukur atas segala nikmat yang kita peroleh, dengan begitu hati kita menjadi lebih lembut dan peka, sehingga kita InsyaAll0h akan menjadi lebih sabar, lebih mudah bersyukur, dan jarang marah.

Kedua, banyak-banyaklah bersyukur, Istighfar, dan juga banyak senyum. Dengan begitu, secara tidak kita sadari, kita akan melatih diri kita sehinnga kita dapat memiliki hati yang halus dan bening. Katika kita akan marah, banyak istaghfar juga dapat meneduhkan hati yang sedang panas.

Yang ke tiga, ibadah puasa dan sholat yang khusuk juga dapat membantu kita untuk membetuk pribadi yang lebih lembut. Alloh itu maha lemah lembut, dan menyukai hambNya yang lembut hatinya.

Indonesia di mata dunia

Saya teringat beberapa waktu lalu ada yang menulis di milis kita tercinta ini tentang komentar seorang pengusaha asal Singapore tentang Indonesia.

Jika kita masih ingat isi postingan itu, disitu tertulis kalau sesungguhnya seluruh dunia takut untuk mengembargo Indonesia. Mereka takut Indonesia menjadi mandiri, karena pada dasarnya Indonesia memiliki semuanya. Indonesia tidak membutuhkan Dunia, tetapi Dunialah yang membutuhkan Indonesia. Dan Hal senada pun terlontar dari seorang Mahmoud Ahmadinejad ketika beliau berkunjung ke Indonesia beberapa tahun yang lalu, belum lama setelah beliau diangkat menjadi presiden Iran.

Saya ingat betul ketika itu beliau di komentari tentang keberanian beliau menentang Amerika dan sekutunya. Lalu beliau balik berkomentar, yang kira-kira komentarnya “I believe that Indonesia can be more brave to oppose them then we do. Because you had everything you need to stand on your own feet. We can be brave because simply we don’t have any debt to other country… I believe Indonesia can be more brave than us when your country is free from debt as we are… “

Satu lagi contoh bagaimana ketahanan Indonesia untuk mandiri adalah ketika seluruh dunia dilanda krisis pangan pada Agustus tahun lalu, Malaysia dan bahkan Singapore kesulitan untuk mendapatkan pangan, tetapi orang Indonesia dapat dengan mudah memperoleh beras, bahkan produksi beras nasional sekarang mengalami surplus. Sampai baru-baru ini, pemerintah membuka tender export beras untuk pihak swasta.

Hal ini juga merupakan satu hal yang amat disadari oleh founding father Indonesia, Sukarno, sehingga beliau mengembar gemborkan gerakan BERDIKARI (Berdiri di Atas Kaki Sendiri).

Dunia Islam sendiri memandang Indonesia sebagai satu potensi kekuatan Islam yang sangat besar di dunia. Hal ini dapat kita lihat dari kesaksian orang-orang arab beberapa waktu lalu setelah penyerangan Israel ke Gaza. Dunia Arab bersaksi bahwa keadaan di Gaza berubah menjadi sedikit lebih baik berkat lobi Indonesia.

Begitu pula dengan reaksi rakyat Gaza sendiri ketika melihat orang Indonesia masuk ke tanah mereka untuk memberikan bantuan maupun sekedar untuk meliput. Kesaksian ini dituturkan langsung oleh rombongan wartawan TVONE ketika mereka baru pulang ke tanah air. Orang-orang Palestine rela memberikan apapun yang mereka miliki untuk orang Indonesia yang datang ke tanah mereka. Mereka rela memberikan sedikit kemewahan kepada orang-orang Indonesia meski kehidupan mereka begitu sulit.

Satu hal menarik juga bisa kita jumpai tidak jauh dari Indonesia. Beberapa waktu lalu melalui program TKI (Tertangkap Kamera Indonesia) di TVONE, banyak kesaksian dari orang-orang Malaysia mengenai “The Superiority of Indonesia” dalam beberapa hal, terutamanya dalam bidang seni, yang dalam beberapa kesaksian penduduk Malaysia menunjukkan kesan iri pemerintah Malaysia, sampai-sampai mereka rela mengklaim beberapa hasil kesenian Indonesia dan juga melarang masuknya produk musik maupun batik asal Indonesia baru-baru ini.

Hal ini sangat kontras dengan penduduk Malaysia sendiri yang begitu menyukai musik asal Indonesia, ataupun batiknya. Dan penduduk Malaysia sendiri mengakui bahwa beberapa hal yang diklaim pemerintah Malaysia beberapa waktu lalu adalah kebudayaan asli Indonesia.

Hal-hal di atas baru sebagian dari kenyataan yang sebenarnya. Banyak lagi hasil karya / kekayaan intelektual hasil karya orang-orang Indonesia yang dicuri / diklaim dengan sepihak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Belum lagi sikap-sikap “tidak lazim” yang ditunjukkan oleh beberapa “orang besar dunia” (sebut saja Bill Gates dan beberapa orang lainnya) ketika pemerintah Indonesia berecana mengeluarkan kebijakan yang kurang menguntungkan bagi mereka.

Satu hal yang amat disayangkan ketika mereka semua begitu takut kepada kita, sedangkan pemerintah kita bersikap begitu lemah terhadap tingkah polah mereka yang sering kali merugikan kita dan mendiskreditkan kita sebagai bangsa Indoneia, seperti banyaknya kasus kematian dan penganiyayaan TKI, pencurian-pencurian hasil karya anak bangsa, sampai yang paling sepele bertahun-tahun lalu yaitu klaim penemuan “tempe” oleh beberapa ahli gizi dari dunia barat, dan yang paling baru adalah kasus kematian David, seorang mahasiswa Indonesia di Singapore. Ketika semua orang di Indonesia mencak-mencak kebakaran jenggot, pihak KBRI di Singapore hanya bersikap pasif, menunggu proses penyelidikan polisi Singapore. Hanya beberapa orang di Komisi I DPR-RI yang terlihat serius menanggappinya. Padahal pemerintah Indonesia dilindungi konfrensi Jenewa untuk ikut serta dalam penyelidikan kematian David secara aktif karena nyawa warga negaranya telah dengan sengaja dihilangkan, sedang kejanggalan-kejanggalan mengenai kematiannya masih sangat banyak.

Dalam kasus David ini, beruntung masih ada komunitas blogger yang senantiasa mengawal proses hokum demi terkuaknya kebenaran mengenai kematian David.

By: Arudatu

jalesveva_2005@yahoo.com

D’Etuva Spaghetti n Pasta

Selasa, 07 April 2009

Anger Management via Martial Arts

Bagi seorang pecinta seni beladiri, terutama wushu & kungfu, tentu nama Yong Chun tidaklah asing. Yong Chun adalah satu aliran kungfu terkenal dari Propinsi Fu Sian atau Fo Shan, yang salah satu praktisinya bernama Bruce Lee. Namun yang lebih mengagumkan sebenarnya adalah seorang Ye Wen, yang menjadi guru dari Bruce Lee, sekaligus pendiri perguruan Yong Chun di Hong Kong.

Beliau adalah seorang yang rendah hati, dan juga memiliki hati yang bening. Penggambaran sosok Ye Wen dapat kita saksikan dalam film yang berjudul IP Man, yang dibintangi oleh Donnie Yen.

Namun saya disini tidak membahas film tersebut. Hanya mungkin merekomendasikannya jika ada yang berkenan,...he he... Anyway, yang membuat saya tertarik untuk menulis artikel ini adalah sosok Ye Wen yang diperankan oleh Donnie Yen. Ye Wen adalah seorang master Yong Chun. Dan sebagaimana seorang master seni beladiri, dia juga deorang seorang yang bijak. Dan sebagaimana Rasululloh SAW, yang juga seorang ahli bela diri*. Ye Wen juga dikenal sebagai seseorang yang memiliki budi pekerti yang luhur, dan pembawaan yang teduh, yang bisa menyejukkan orang yang mengenalnya.

Ada yang menarik dari seni beladiri, terutamanya seni beladiri timur. Dia diajarkan selalu disertai dengan pengajaran wisdom atau kebajikan. Dalam tapak suci contohnya. Dalam setiap pengajarannya, selalu disertai dengan pemberian materi kemuhammadiyahan (KM) pada tingkat sabuk tertentu. Untuk sabuk putih atau calon siswa, diajarkan ikrar, dan sumpah seorang anggota tapak suci. Baru kemudian ketika sudah naik tinggkat, wisdom secara bertahap diajarkan. Tapak Suci sebagai bagian dari Muhammadiyah menggunakan media pencak silat sebagai media dakwah. Dan materi KM yang diajarkan kepada siswa Tapak Suci adalah bagian dari amar makruf nahi munkar yang jadi semangat Muhammadiyah.

Martial Arts isn't all about hitting another person, or how to knock down our opponent. Dan semangat semacamm ini juga ada dalam Bushido atau The way of samurai, yang jika kita pelajari lebih seksama, banyak juga nilai-nilai kebajikan dalam Bushido yang mirip dengan semangat jihad. Begitu pula dengan kungfu Shaolin, yang diajarkan berbarengan dengan kitab weda.

Dalam bela diri, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengendalikan diri dengan baik, sebelum kita bisa mengendalikan orang lain (terdengar seperti 3M-nya Aa' Gym), terutama amarah. Senada dengan kata-kata nabi Muhammad “Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat bergulat, akan tetapi orang yang kuat itu adalah mereka yang dapat menahan hawa nafsunya ketika marah” (HR Bukhari & Muslim). Dan dalam satu pertarungan, penentu kemenangan sebenarnya bukan pada siapa yang lebih besar, atau siapa yang memiliki teknik yang lebih baik, tetapi lebih kepada bagaimana kita bisa mengendalikan nafsu amarah ketika bertarung. Jika kita bisa mengendalikan nafsu amarah dengan baik, insya Alloh kemenangan secara mental sudah ada pada kita. Dan jika kemenangan mental sudah ditangan, maka ujung atau akhir pertarungan, kita yang menentukan. Tetapi bukan berarti penguasaan teknik bertarung bisa diabaikan.

Seorang ahli beladiri dalam mengambil murid atau penerus seluruh ilmunya juga tidak pernah secara serampangan. Yang menjadi pertimbangan utama selalu adalah bagaimana kepribadian murid tersebut.

Hal-hal di atas seringkali juga menjadi pertimbangan bagi seorang orang tua untuk memakai media seni beladiri untuk mengubah seorang anak delinquent menjadi lebih baik. Karena sifat delinquent sendiri seringkali muncul dari pengelolaan marah yang salah kaprah. Dan dalam setiap pengajarannya, seni beladiri juga menyertakan anger management.

Manajemen Qolbu yang baik, akan mengantarkan seseorag menjadi orang yang lebih baik. Secara fisik, atau pun mental. Hal ini bisa dilihat dari para master atau guru besar seni beladiri timur. Mereka semua Insyaalloh adalah orang-orang yang memiliki kepribadian yang baik. Dan mereka juga tentunya merupakan orang-orang yang bijak. Selain itu, karena karena mereka adalah orang-orang yang pintar menata hati, menata pikiran, dan mengendalikan diri, mereka juga orang-orang yang amat susah untuk dijatuhkan dalam suatu pertrungan. Meski mereka sudah tua, namun kekuatannya tidak dapat diremehkan.

Dengan jiwa yang sehat, qolbu yang tertata, dan amarah yang terkendali dengan sangat baik, maka kita kan mendapatkan tubuh yang lebih sehat dan bugar, hati yang tenang, dan tentu saja keikhlasan dan kesabaran dalam menjalani hidup. Dan tentu saja, Insyaalloh kemenangan akan kita raih. Di hidup yang sekarang maupun kehidupan selannjutnya di alam yang lain.

·Dalam banyak hadist disebutkan jika Rasul adalah seorang ahli dalam berkuda dan bergulat, juga memanah. Bahkan dalam beberapa hadist disebutkan jika pada satu kesempatan, Rasululloh juga mengislamkan seseorang dengan keahliannya bergulat.

By: Arudatu

jalesveva_2005@yahoo.com

D’Etuva Spaghetti n Pasta

ikhlas

Ikhlas, satu kata 6 huruf. Simpel, namun seringkali kita susah untuk menerapkanya. Ikhlas erat kaitanya dengan sabar.

Banyak sekali hadis maupun ayat Al Qur'an yang berbicara tentang sabar dan Ikhlas. Hal ini menekankan betapa pentingnya sabar dalam hidup ini. Baik sabar di saat susah, maupun sabar di saat lapang. Berlaku sabar bukan berarti kita harus diam, bukan pula berarti ketika kita diam dalam sabar, kita tidak melakukan apa-apa. Ketika kita diam dalam sabar, kita menunggu saat yang tepat untuk melakukan hal yang tepat. Ketika diam dalam sabar, kita sibuk menata hati dan pikiran, Qolbu dan Fikr, serta mengendalikan nafsu atau Nafs, sehingga kita bisa menjadi orang yang lebih baik. Dan jiwa lebih tenang dan damai, qolbu kita kembali kepada As-Salam.

Demikian pula ketika kita dirundung masalah. Ketika kita dipojokkan oleh keadaan, kita tidak lagi bisa beruat apa-apa. Kita merasa tidak bisa berbuat apa-apa selain diam. Pikiran kita dibombardir oleh segala macam pemikiran atau beban yang menjatuhkan kita. Dan jika sudah begini, kita sering kali lupa akan satu hal. Ada satu hal yang tidak bisa dikendalikan atau dipojokkan oleh apapun, sekalipun itu siruasi yang sangat tidak mengenakkan, sekalipun Alloh sendiri. Karena Alloh sendiri yang memberi kewenangan bagi kita untuk mengendalikannya. Hal itu adalah menata hati kita sendiri, agar kita bisa berlaku sabar dan ikhlas dalam menghadapi permasalahan hidup.

Berlaku sabar itu perlu latihan. Perlu dibiasakan. Berlaku sabar itu tidak bisa instan. Dan sering kali kita merasa gagal, kita merasa tidak bisa untuk bersabar. Seringkali kita memaksakan diri untuk melawan arus, melakukan sesuatu yang diluar kemampuan kita. Sehingga kita merasa stress dan akhirnya kita sendiri yang tertekan, sampai akhirnya tenggelam sendiri dalam permasalahan hidup. Namun pahala yang dijanjikan oleh Alloh sendiri sangatlah besar jika kita bisa berlaku sabar.

Saya adalah seorang penghobi film. Tidak peduli itu film kartun atau film artistik yang susah untuk dimengerti. Saya merasa bisa mendapatkan satu kepuasan lebih jika bisa menangkap suatu nilai lebih selain hiburan yang disajikan. Jika antum sekalian suka Avatar, yang tayang di Nickelodeon, tentunya antum sekalian ingat episode ketika Bumi ditawan oleh Azula di kotanya sendiri. Dia menolak untuk diselamatkan oleh Aang. Dia lebih memilih untuk diam di Omashu. Dia lebih memilih untuk bersabar, menanti saat yang tepat untuk mengambil langkah yang tepat. Dan saat-saat itu datang ketika terjadi gerhana matahari.

Intisari dari Ikhlas dan sabar adalah penataan hati dan pikiran. Masing-masing dari kita lebih tahu hati kita sendiri-sendiri. Masing-masing dari kita lebih tahu bagaimana untuk menata hati kita sedemikian rupa sehingga kita bisa ikhlas dan bersabar menghadapi masalah dan berbagai cobaan hidup yang pasti datang silih berganti.

Berlaku sabar bukan berarti kita diam. Dalam diam ketika kita sabar, kita menata hati agar tidak mengikuti nafu amarah, agar kita tidak hancur. Berlaku ikhlas, berarti menerima apa yang datang pada kita. Ibaratnya ketika satu pintu terbuka karena datangnya air bah, ikhlas adalah membuka pintu yang lain, agar air tadi tidak merusak rumah kita, agar air tadi bisa berlalu, dan agar kita tidak tenggelam di dalamnya. Semakin ikhlas seseorang, semakin banyak pintu yang dia buka. Air tadi adalah permasalahan hidup yang datang silih berganti, rumah adalah hati dan jiwa kita. Kita yang tahu bagaimana hati dan jiwa kita sendiri. Kita juga yang lebih tahu pintu mana yang harus kita buka.

Semoga sedikit yang saya tulis disini bisa bermanfaat bagi antum sekalian. & untuk adikku tersayang, maaf jika kemarin abangmu ini nggak bisa kasih saran yang bener-bener jitu buat ngatasi masalahmu.

By: Arudatu

jalesveva_2005@yahoo.com

D’Etuva Spaghetti n Pasta