Rabu, 08 April 2009

Indonesia di mata dunia

Saya teringat beberapa waktu lalu ada yang menulis di milis kita tercinta ini tentang komentar seorang pengusaha asal Singapore tentang Indonesia.

Jika kita masih ingat isi postingan itu, disitu tertulis kalau sesungguhnya seluruh dunia takut untuk mengembargo Indonesia. Mereka takut Indonesia menjadi mandiri, karena pada dasarnya Indonesia memiliki semuanya. Indonesia tidak membutuhkan Dunia, tetapi Dunialah yang membutuhkan Indonesia. Dan Hal senada pun terlontar dari seorang Mahmoud Ahmadinejad ketika beliau berkunjung ke Indonesia beberapa tahun yang lalu, belum lama setelah beliau diangkat menjadi presiden Iran.

Saya ingat betul ketika itu beliau di komentari tentang keberanian beliau menentang Amerika dan sekutunya. Lalu beliau balik berkomentar, yang kira-kira komentarnya “I believe that Indonesia can be more brave to oppose them then we do. Because you had everything you need to stand on your own feet. We can be brave because simply we don’t have any debt to other country… I believe Indonesia can be more brave than us when your country is free from debt as we are… “

Satu lagi contoh bagaimana ketahanan Indonesia untuk mandiri adalah ketika seluruh dunia dilanda krisis pangan pada Agustus tahun lalu, Malaysia dan bahkan Singapore kesulitan untuk mendapatkan pangan, tetapi orang Indonesia dapat dengan mudah memperoleh beras, bahkan produksi beras nasional sekarang mengalami surplus. Sampai baru-baru ini, pemerintah membuka tender export beras untuk pihak swasta.

Hal ini juga merupakan satu hal yang amat disadari oleh founding father Indonesia, Sukarno, sehingga beliau mengembar gemborkan gerakan BERDIKARI (Berdiri di Atas Kaki Sendiri).

Dunia Islam sendiri memandang Indonesia sebagai satu potensi kekuatan Islam yang sangat besar di dunia. Hal ini dapat kita lihat dari kesaksian orang-orang arab beberapa waktu lalu setelah penyerangan Israel ke Gaza. Dunia Arab bersaksi bahwa keadaan di Gaza berubah menjadi sedikit lebih baik berkat lobi Indonesia.

Begitu pula dengan reaksi rakyat Gaza sendiri ketika melihat orang Indonesia masuk ke tanah mereka untuk memberikan bantuan maupun sekedar untuk meliput. Kesaksian ini dituturkan langsung oleh rombongan wartawan TVONE ketika mereka baru pulang ke tanah air. Orang-orang Palestine rela memberikan apapun yang mereka miliki untuk orang Indonesia yang datang ke tanah mereka. Mereka rela memberikan sedikit kemewahan kepada orang-orang Indonesia meski kehidupan mereka begitu sulit.

Satu hal menarik juga bisa kita jumpai tidak jauh dari Indonesia. Beberapa waktu lalu melalui program TKI (Tertangkap Kamera Indonesia) di TVONE, banyak kesaksian dari orang-orang Malaysia mengenai “The Superiority of Indonesia” dalam beberapa hal, terutamanya dalam bidang seni, yang dalam beberapa kesaksian penduduk Malaysia menunjukkan kesan iri pemerintah Malaysia, sampai-sampai mereka rela mengklaim beberapa hasil kesenian Indonesia dan juga melarang masuknya produk musik maupun batik asal Indonesia baru-baru ini.

Hal ini sangat kontras dengan penduduk Malaysia sendiri yang begitu menyukai musik asal Indonesia, ataupun batiknya. Dan penduduk Malaysia sendiri mengakui bahwa beberapa hal yang diklaim pemerintah Malaysia beberapa waktu lalu adalah kebudayaan asli Indonesia.

Hal-hal di atas baru sebagian dari kenyataan yang sebenarnya. Banyak lagi hasil karya / kekayaan intelektual hasil karya orang-orang Indonesia yang dicuri / diklaim dengan sepihak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Belum lagi sikap-sikap “tidak lazim” yang ditunjukkan oleh beberapa “orang besar dunia” (sebut saja Bill Gates dan beberapa orang lainnya) ketika pemerintah Indonesia berecana mengeluarkan kebijakan yang kurang menguntungkan bagi mereka.

Satu hal yang amat disayangkan ketika mereka semua begitu takut kepada kita, sedangkan pemerintah kita bersikap begitu lemah terhadap tingkah polah mereka yang sering kali merugikan kita dan mendiskreditkan kita sebagai bangsa Indoneia, seperti banyaknya kasus kematian dan penganiyayaan TKI, pencurian-pencurian hasil karya anak bangsa, sampai yang paling sepele bertahun-tahun lalu yaitu klaim penemuan “tempe” oleh beberapa ahli gizi dari dunia barat, dan yang paling baru adalah kasus kematian David, seorang mahasiswa Indonesia di Singapore. Ketika semua orang di Indonesia mencak-mencak kebakaran jenggot, pihak KBRI di Singapore hanya bersikap pasif, menunggu proses penyelidikan polisi Singapore. Hanya beberapa orang di Komisi I DPR-RI yang terlihat serius menanggappinya. Padahal pemerintah Indonesia dilindungi konfrensi Jenewa untuk ikut serta dalam penyelidikan kematian David secara aktif karena nyawa warga negaranya telah dengan sengaja dihilangkan, sedang kejanggalan-kejanggalan mengenai kematiannya masih sangat banyak.

Dalam kasus David ini, beruntung masih ada komunitas blogger yang senantiasa mengawal proses hokum demi terkuaknya kebenaran mengenai kematian David.

By: Arudatu

jalesveva_2005@yahoo.com

D’Etuva Spaghetti n Pasta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar