Rabu, 07 April 2010

4 NEWBIE IN THE FIELD OF DAKWAH

Sekarang ini saya sedang menyelesaikan buku ke dua saya. Di salah satu babnya, ada pembahasan tentang tanda-tanda kiamat. Dalam research saya, saya menemukan dua ayat yang saya rasa sangat penting buat diketahui oleh teman-teman yang sampai sekarang aktif di dunia dakwah, terutamanya lagi bagi kawan-kawan yang masih newbie.

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (kami)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An Nisaa 4: 95-97)

Kata “berperang” dan “berjihad” dalam ayat di atas bisa juga diartikan sebagai “berjuang di jalan Allah”. Berjuang dalam konteks kekinian – seperti kata Harun Yahya” – tidak harus dengan kekuatan senjata. Karena jaman sekarang adalah jaman informasi, perjuangan itu bisa juga dilakukan dengan informasi juga. Berjihad dengan ilmu. Dan itulah yang sedang kita lakukan bersama kawan. Hanya saja apakah kita sudah ikhlas dalam melakukannya? Jika belum, semoga kita sama-sama bisa menata hati untuk bisa lebih ikhlas dalam memperjuangkan agama Allah.

Sehubungan dengan perjuangan ini, Nabi mendefinisikan masa di mana kita hidup ini sebagai masa yang penuh dengan kekacauan. Nabi memerintahkan ummatnya – kita – yang hidup di jaman kekacauan ini untuk memperjuangkan agama Allah yang Hak, meski harus merangkak di atas salju. Meski kita harus berjuang mati-matian sampai nyawa juga dipertaruhkan.

Berdasarkan ayat di atas, berjihad atau memperjuangkan agama Allah adalah sebuah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu. Mampu dalam artian memiliki ilmu dan juga potensi tentunya, jika perangnya adalah perang pemikiran atau ghazwul fikr. Menuntut ilmu dalam hal ini adalah memperkuat senjata dan kekuatan kita untuk berperang. Lalu karena hal ini merupakan kewajban bagi kita, kita juga harus ingat ancaman Allah bagi kita yang sengaja melalaikan kewajiban atau bahkan menentang hukum Allah ini.

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab 33: 36)

Wallohua’lam bish-showab

By, Arudatu