Rabu, 15 April 2009

Mismatching Management (Management Ketidakcocokan)

Dalam hidup ini, kita sebagai manusia sering kali merasa tidak sependapat dengan orang lain, tidak cocok dengan seseorang, serta kadang tersinggung atas pendapat atau pernyataan orang lain. Jika sudah begini, kita kan dihadapkan pada dua pilihan. Menuruti ego dan emosi, atau kembali pada hati, menatanya agar bisa dingin lagi, untuk menghindari konflik.


Pilihan pertama, butuh tenaga yang tidak sedikit, namun butuh waktu yang relative singkat. Perlu segenap tenaga yang ada pada jiwa dan raga untuk dikerahkan, untuk memenuhinya. Sudah begitu, ada efek samping yang tidak diinginkan. Mulai sakit hati, gangguan kesehatan, stress, kehilangan harta, bahkan nyawa, dan satu efek yang nyata namun jarang disadari, mengerasnya hati, mengeruhkan nurani. Namun entah mengapa kita sering kali memilih pilihan yang pertama ini.


Pilihan kedua, butuh tenaga yang lebih sedikit namun butuh waktu yang agak lama untuk membiasakan diri. Hanya perlu menahan diri, ingat pada Alloh SWT, serta menata hati dan pikiran. Efek sampingnya pun, bukan hal-hal yang negatif. Seiring berjalannya waktu, kita kan mendapatkan kedamaian dalam hati kita. Masalah apapun yang menghadang juga kan terasa ringan.


Jika kita berhubungan dengan seseorang di dalam kehidupan bermasyarakat, terutama dalam hubungan rumah tangga, atau persahabatan, tentu ada kalanya kita tidak bisa menerima pendapat, tingkah polah, atau pernyataan orang-orang di sekitar kita. Ada kalanya kita cocok, namun ada kalanya pula kita tidak cocok dengan seseorang. Permasalahannya adalah, pilihan mana yang kita ambil ketika kita tidak cocok dengan seseorang?


Tentunya jika kita bijak, kita kan memilih pilihan yang kedua. Kita bisa menata hati dan pikiran kita, selalu ingat pada Alloh, serta menahan diri. Kita punya diri kita sendiri, kita punya cara kita masing-masing untuk menata hati kita yang masing-masing dari kita lebih tahu bagaimana cara yang paling jitu. Namun ada suatu rumus paten dalam management konflik, atau ketidakcocokan.


Yaitu, try to accept things the way they are. Cobalah menerima keadaan apa adanya. Paksakan diri kita untuk menyesuaikan dengan keadaan. Jangan terlalu memaksakan keadaan sekitar kita untuk menyesuaikan dengan keadaan diri dan kemauan kita. Sebagai contoh, dalam rumah tangga. Kita tidak suka suami atau istri kita berkata kasar, atau mengungkit kesalahan di masa lalu. Ya sudah, ketika itu terlanjur terjadi, yang bisa kita lakukan adalah saling menahan diri untuk marah. Ketika amarah sudah reda, komunikasikan dengan baik dan dengan tuturkata yang baik. Saling memahami, dan menerima apa adanya. Saling mencoba untuk merubah diri masing-masing untuk menjadi seseorang yang lebih baik.


Kedua, good relationship, begins with good communications. Dalam berhubungan dengan manusia lain, selalu komunikasikan apa yang ada dalam benak kita kepada orang di sekitar kita dengan bahasa yang baik dan santun. Komuikasikan apa yang menjadi ganjalan di dalam hati kita kepada orang-orang di sekitar kita, agar kita bisa saling mengerti satu sama lain.


Ketiga, anger is addicting, don’t ever try to let it out of your system so easily. Ketika kita marah, semakin kita turuti, maka amarah kita pun semakin menjadi, karena nafsu amarah itu seperti candu. Dan sebagaimana kata Rasululloh, “seorang mukmin yang kuat adalah yang bisa menahan diri ketika dia marah”.


Keempat, keep trying to be a better person. Sebagaimana intisari surah Al Ashr ayat 1 sampai 3 yang dinyanyikan oleh Raihan dalam lagunya yang berjudul “Demi Masa”. Sadari kekurangan-kekurang an kita, dan perbaiki terus menerus. Karena hidup ini hanya sekali, dan hidup ini adalah serangkaian proses pembelajaran yang panjang. Dan manusia sempurna adalah yang selalu berusaha untuk menjadi seorang hamba Allah yang lebih baik dari waktu ke waktu.


Ikhwanu fiddiin rahimahulloh, dalam berhubungan dengan orang lain, apalagi dalam berumah tangga, akan sangat indah dan menyejukkan jika tidak ada nafsu amarah yang diumbar. Dalam hidup berumah tangga, meski sudah hidup berpuluh tahun bersama, bukan tidak mungkin jika kita masih sering cekcok dengan orang yang kita cintai. Entah itu karena kita memang tidak memahami istri atau suami kita, atau memang karena kita yang terlalu egois, yang tidak pernah mau tahu dan taidak pernah mau mencoba untuk memahami orang yang kita sayangi. Wallohua’lam bisshowab




By: Arudatu

jalesveva_2005@ yahoo.com

http://arudatu. blogspot. com

D’Etuva Spaghetti n Pasta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar