Rabu, 08 April 2009

maramara2

Berita untuk penghobi marah

Beberapa waktu yang lalu, saya mengirim postingan tentang bagaimana marah dan control emosi bisa mempengaruhi kesehatan kita, ditilik dari segi hormonal, tekanan darah, dan beberapa aspek terkait. Lalu berikut ini ada satu hasil penelitian yang menarik dari Amerika Serikat (AS) yang masih berkaitan dengan marah dilihat dari segi biorhythm dan bioelectric.

Baru-baru ini, beberapa peneliti dari Amerika Serikat meneliti tentang ritme jantung, dan bagaimana kemarahan bias mempengaruhi system elektrik jantung. Dr Rachel Lampert dari Yale University di Heaven, Connecticut (AS) bersama koleganya melakukan riset terhadap 62 pasien jantung dengan menggunakan satu sensor untuk jantung yang diletakan ke tubuh mereka yang disebut ICD, yang bisa mendeteksi irama jantung atau yang biasa disebut “arrhythimia”, yang berfungsi untuk menormalkan detak jantung.

Dalam riset episode kemarahan pasien dihitung, kemudian tim secara spesifik mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien untuk mengingat episode kemarahan mereka. Hasilnya rasa marah bisa meningkatkan ketidakstabilan elektrik pada pasien-pasien yang mengindikasikan irama dan detak jantung yang tidak teratur.

Riset juga menunjukkan kemarahan pada taraf tertentu bisa memicu kematian. Setidaknya untuk orang-orang yang memang sudah “hobi” marah dari dulu. Sehingga sering memicu terjadinya “korsleting” atau gangguan listrik pada jantung.

Jadi, percaya nggak percaya, yang namanya marah itu dapat memperpendek umur seseorang. Jadi ndak sala kalau Rasulullah pernah berkata “Laa taghdab (jangan marah), 3x,… karena arah itu dekat dengan neraka…”

Masih tentang marah dan control emosi, berdasarkan riset, orang-orang yang lebih religius dan dekat dengan Tuhan yang diyakininnya, memiliki tingkat stress yang lebih rendah daripada orang-orang yang agnostic, atheist, atau orang-orang yang kurang religius. Namun anehnya, riset tersebut tidak berlaku sepenuhnya bagi orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, khususnya para serdadu yang biasa menghadapi para mujahid Palestine. Tidak peduli seberapa religius mereka, tetapi tingkat stress mereka sangat tinggi. Bahkan akhir-akhir ini kasus kegilaan atau gangguan jiwa di kalangan para serdadu Israel seakin meningkat. Khususnya pada periode pasca invasi mereka ke Gaza beberapa waktu yang lalu.

“Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat bergulat, akan tetapi orang yang kuat itu adalah orang mereka yang dapat menahan hawa nafsunya ketika marah”. (HR Bukhari & Muslim)

By: Arudatu

jalesveva_2005@yahoo.com

D’Etuva Spaghetti & Pasta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar